Oleh Gilang
.
.
Atas
nama manusia, boleh kah aku melepas rindu sebentar saja, walau sama sekali tak
pernah bersua sebelumnya. Menjamu pertemuan demi pertemuan singkat tapi manis. Kan
kudengarkan set playlist dan beberapa buku ciamik, lalu membacanya disaat
suasana sedang gelisah. Kita sebenarnya sama saja, sama-sama musafir, sama-sama
seorang hamba sahaya yang terkadang aneh yang hidup di galaksi bima sakti ini.
Menyebut
namanya berulang-ulang, rasanya tak pantas lagi untuk melanjutkan bait ini, di
sela tiap malam dan langit-langit kamar. Terhanyut dalam rintik hujan yang
enggan pergi membasahi atap rumah malam itu. Puan.. tolong sebentar saja, Bantu
aku menuju jalan yang selalu dalam jalur hening penuh cinta nan damai. Mungkin
lewat tafsir mimpi ??
Ragu-ragu,
mungkin engkau tahu itu, malu malu menghiba pada-Mu. Betapa semua manusia juga
mencintai karena-Mu. Tapi semakin larut aku menulis dalam cahaya setengah
terang di atas meja kamar, sekitar pukul 00:40 WIB di jam digital handphone
genggamku, mata mengantuk dalam resapan kerinduan yang terabaikan. Pada malam
yang nantinya bertemu pagi, namun hujan malam itu tak terasa telah larut dalam
balutan embun yang selalu terjaga. Dan kutitipkan saja semua ini lewat kalimat,
lewat coret digital sederhana ini. Lalu tak lama ku tertidur dengan sengaja, dan
kali ini di temani bunyi jam dinding tiap detiknya. Hening seketika hingga
matahari datang terasa lebih cepat.
Komentar
Posting Komentar