Langsung ke konten utama

REVIEW SINGKAT BUKU BEHIND THE 8TH BALL

 




Oleh Gilang

Berangkat dari keluarga Militer Angkatan Laut, tumbuh besar dan berpindah-pindah tempat tinggal, hingga akhirnya Pindah ke Jakarta. Tahun 90-an Musik metal dunia lagi hype nya dengan musik Thrash Metal, salah satu jenis musik ini banyak di gandrungi dan mempengaruhi cara pandang remaja saat itu, untuk mendengarkan nya dengan spirit dan darah muda yang sangat agresif ketika mendengarkan dari jenis musik lainnya, kurang lebih umur musik ini hingga 4 dekade selalu menemani dalam telinga orang-orang pada saat itu. Walau di tengah arus jenis musik modern yang seiring waktu terus berkembang, tapi Jenis musik ini tak lekang oleh zaman hingga sekarang. Apapun itu,

 Tak jarang untuk di Indonesia sendiri, musik ini datang dengan berbagai hal, sudut pandang anak muda, terlepas baik serta buruk pandangan masyarakat awam saat itu. Tentu terkait stigma negatif di dalamnya, ketika melihat dan mulai muncul ke permukaan setelah waktu yang cukup panjang ini. Di Indonesia sendiri ada sebuah grup band Thrash metal essensial yang Bernama ROTOR, band yang merilis album Behind The 8th Ball sebagai album perdana mereka melalui major label Airo Records. Setelah membaca buku ini hingga selesai, bisa dirasakan betapa beratnya  perjuangan untuk memulai band di Indonesia di tahun itu, dengan merilis karya perlu mencari produser yang ingin bekerja sama dengan si band tersebut. Dengan susah payah dan cerita panjang yang membumbui di setiap alur Irfan Rotor bercerita lewat buku singkat ini , yang tak sampai hingga 200 halaman.

 Memulai band dengan Sucker Heads yang pada saat itu masih cover lagu-lagu milik Sepultura dan sejenisnya, membuat Irfan ini haus akan keinginan yang sangat ambisius ini. Saya juga menggambarkan di buku ini Seorang Irfan Rotor merelakan Pendidikan nya di Politeknik UI pada saat itu, serta memilih jalannya untuk menjadi seorang Musisi Thrash Metal di Indonesia. Bayangkan di tahun 1990-an hanya beberapa anak metal Jakarta yang bermimpi untuk bercita – cita menjadi musisi saat itu. Cukupp anehh mendengarkannya. Yang notabene belum sebanyak sekarang jumlah pendengar untuk mendengarkan jenis musik bawah tanah ini.

Berangkat dengan kecintaanya terhadap musik dan gitar, Irfan yang aku bisa Tarik kesimpulan yaitu , Ketika suatu keinginan yang ingin dicapai perlu banyak pengorbanan pahit yang cukup panjang hingga menuju ke titik temu banyak waktu yang terbuang atas semua itu. Sifat ini diiringi usaha keras serta kegigihannya menjadikan band apapun yang ia ada di dalamnya, ia berusaha totalitas dan tanggung jawab di dalam band itu sendiri. Kemudian ketika panggung demi panggung yang dilakoni. Hingga ROTOR sendiri mengalami puncak terfenomenal ketika merilis album ini dengan usaha ia serta kawan-kawan yang membantu dalam support apapun. Kemudian tak lama dari itu menjadi satu-satunya pembuka Band Metallica di Jakarta pada tahun 1993, sangat brilliant mencapainya dan menjadikan nya sebagai sejarah musik Thrash Metal pertama yang membuka konser tersebut . Ngeri!

Untuk formasi di Album ini yaitu Irfan sebagai gitar Vokal, Jodie di Vokal ,Yuda pada Bass, dan Bakar Buftaim di Drum. Hingga hari ini mereka telah meghadap sang khalik . Semua lika-liku perjalanan ROTOR selalu dikaitkan setelahnya, secara singkat di ceritakan di buku ini, banyak pelajaran yang bisa di ambil ketika Irfan memutuskan untuk tidak bermain musik lagi hingga tutup usianya pada 16 Februari, 2021. Selamat Jalan Irfan Sembiring dan kawan-kawan, Selamat Jalan ROTOR , karyamu abadi hingga hari ini. Semoga kalian di tempatkan di sisi-Nya Aminn Yarabbalalamin. Alfatihah.




 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARAPAN, WAKTU, SELAMANYA!

  Kegelisahan yang terus datang, ribuan kata, dalam gelap dari cahaya yang samar. . . . . Ditengah kehidupan yang tak selalu menawarkan hal-hal spesial, tapi ada satu kesamaan yaitu ; di kondisi cuaca yang 3-4 hari kemarin memang dihantam habis "panas yang ekstrimis".   Tapi dibarengi dengan itu, kabar baik dan buruk pasti selalu bersahut-sahutan, merambah pelan mencoba menyita waktu di sela aktifitas keseharian yang lumayan bertahan, ada memang saatnya harus melambat pelan, misal mendengarkan radio, menelaah berita yang konvensional, imajinasi suara penyiar dan playlist Radio aku pikir selalu menjadi hal yang menarik dan "tidak ketebak" , ruang imajinasi berkeliaran ketika kita disuguhkan media informasi dan musik. Hari-hari selalu termakan dengan visual berita pendek dalam satu waktu, begitu banyak, begitu cepat. Kadang melelahkan.. Karena dibarengi kemajuan zaman yang membuat hidup begitu instan dan mudah dalam hal apapun, rasanya perlu menikmati ...

MILISI KEHIDUPAN

 Beberapa hari lagi akan berakhir bulan ini, banyak yang terjadi, banyak yang terlewat lalu kemudian beberapa kali menemukan ruang baru, ruang pertemuan-pertemuan kecil. Namun hal ini juga kadang membuat kita semakin percaya bahwa energi datang di manapun, kepada siapapun yang berhadapan dengannya. Selalu menawarkan cerita di setiap langkah berjalan. Tetapi yang namanya juga hidup ia menawarkan perjalanan dengan sedikit banyak kejutan, hidup berjalan saat ketika kegilaan menjadi normal saja, hidup terus berjalan bersama dan tumbuh dari ruang-ruang kecil yang penuh cinta, hidup berjalan ketika kejadian besar di luar nalar dalam hidup akan terasa biasa saja dan banyak lagi remeh temeh lainnya.  Tapi hal semacam itulah yang kadang menjadi tolak ukur untuk selalu melanjutkan dengan langkah kaki yang cukup berat, banyak harap tiap langkah jejak kaki yang kotor ini. Selalu menghitung waktu, Di suatu jalan yang singkat, mencari opsi baru dalam keadaan yang sempit tak kenal waktu. Di ...

30 TAHUN RESISTENSI, 30 TAHUN MENGHAJAR JALANAN

Mempunyai sebuah kesempatan yang menyenangkan, merayakan hidup, menjaga kewarasan. Di tengah kesibukan kerja, rutinitas harian yang kadang membosankan. Mencoba mencuri waktu di sela Ujian Semester. Dan akhirnyaa... Di hari Sabtu 14 Juni 2025,  berkesempatan menonton live Burgerkill ketika bermain di Palembang tanpa barikade, tanpa ampun! Edannnn!!! Hampir 10 tahun terakhir mereka ke Palembang, tentu dengan formasi berbeda. Banyak sekali kejadian demi kejadian membawa Band ini tetap bertahan. Banyak badai yang mungkin bisa kita lihat beberapa tahun belakang.  Mulai dari beberapa kali kehilangan sosok penting dalam lingkup internal. Ivan Scumbag, dan The Truemegabenz a.k.a Eben Burgerkill, tentu Do'a  yang terus mengiringi kepergian mereka.  Drama dan konflik serta pergantian personil membuat band ini memasuki umur di 30 tahun. Perjalanan panjang, liar, berkarat sampai berdarah-darah. Dari Ujung Berung sampai Tour Asia, Eropa hingga beberapa Negara tetangga pun mereka ...