Oleh Gilang
(Sumber Foto oleh Zamrdphlms & Lay out foto oleh Taxlan)
Hari ini berjalan seperti biasanya,tak juga begitu yang spesial selain satu pertemuan yang harus dituntaskan, kemajuan tekhnologi
tentu sangat luas untuk di bicarakan dan menarik untuk di bahas ulang ketika di
era sekarang, lagi pula apa yang menjadi keseharian dan aktifitas kawan-kawan
setelah beberapa tahun belakangan sedikit rada berat dan kita sama-sama di buat
bingung dengan keadaan sekitar. Bukan hanya pribadi personal,tapi ini bicara ke
semua lapisan masyarakat, dan sekarang kita memasuki bab baru,menuju fase yang
biasa orang sebut Endemi atau bisa kita Tarik kata dasar ialah berakhirnya
suatu musibah/hal lain yang menyangkut keberlangsungan di bumi. Dan tidak
muluk-muluk pembahasan secara general tentang Pandemi dan sebagainya,karena
masih banyak dan menarik bahasan lain yang kita coba bagikan dan aku rasa cukup
menarik untuk bacaan ringan setelah ini,dan ke depannya.
Kita sebagai ANUS(Anak
Nusantara) anak daerah yang lahir di 90-an akhir, era digital memang sudah
mulai berkembang pesat mulai ketika internet masuk ke Indonesia kurun waktu di
awal 2000-an,Milenium baru menjadi penanda bahwa digital sudah menjadi makanan
sehari-hari. Refrensi makin banyak dan manusianya sendiri mau tidak mau
mengalami perubahan mulai dari pola pikir,pola kreatif hingga berbagai inisiasi
yang ada di dalamnya dalam bentuk yang berbeda-beda. Refrensi seperti buku,Zine,seperti
Majalah Bobo dan majalah lainnya,tentu tidak ketinggalan yaitu komik dan beragam
poster masih menjadi teman yang dekat waktu itu, sebagai juga bahan refrensi
yang tak tergantikan dari dulu hingga sekarang. Tumbuh besar di era 2000-an
awal hingga kurang lebih 23 tahun setelahnya tentu semakin canggih dan
menggila. Manusia Modern yang sedikit banyak mengalami perubahan cara
berkomunikasi, Tehnologi yang semakin cepat tentu beberapa banyak orang
ketinggalan dan siap tidak siap mereka beradaptasi dengan cepat pula,saking chaosnya
tentu ada sisi positif dan Negatif nya.
(Sumber Foto oleh @crimethincdotcom)
Seperti musik contohnya,
refrensi liar mengudara dimana-mana,akses menjadi semakin mudah dengan itu.
Tentu sebuah Pembaharuan dan terobosan baru untuk siapa saja bisa mendengarkan
lagu,terus lagi menyusul era MTV berkembang bukan hanya pelaku musik yang
menjadi berubah, cara menikmatinya pun sudah berbeda pula, yang dulu katanya kalo
ingin cari refrensi musik mau tidak mau kudu nongkrong sana-sini,atau dengerin
Radio,Baca Majalah Musik yang cukup Mengudara dimana Spektrum Media Cetak masih
gencar dengan segala variatifnya. Cari refrensi teman yang sama-sama memiliki
hobi yang sama, karena minimnya akses dan sarana yang masih terbatas,Buku dan
kaset jadi teman yang paling setia menemani umur belasan.
Kita semua sepakat bahwa musik dan karya seni baik dulu hingga sekarang ialah kaidah yang mendasar ialah di nikmati,terlepas itu bagus tidaknya. Karena itu selera hanya sebuah relative tiap masing-masing orang. Dan sepakat bahwa di era modern ini tidak untuk mengkotak-an sebuah genre musik yang di dengar,ketika sekarang misalkan,paginya dengerin Alternatif New wave macam The Smashing pumpkins, dan Stone Roses,siangnya Orang itu bisa mendengarkan dengan mudahnya mendengarkan Slayer atau Morbid Angel kenceng sekalipun,itulah kenyataannya sekarang ini,semakin banyak refrensi yang masuk di kepala,semakin terkontradiksi pula isi kepala manusia itu,terlepas tiap orang punya spesifikasi musik yang intens yang masih ia dengarkan seperti umur 15 Tahun waktu itu,bahwa musik itu lebih luas nilainya ketimbang mempertanding bandingkan satu dan lainnya. Lakukan apa yang bisa kita lakukan.
Di Palembang banyak Alternatife space untuk sebagai ruang kreatif mempresentasikan karya seni apapun itu dan menjadi sarang ruang bermain kawan-kawan, kalo musik mulai dari Indie pop dengan Label kawan-kawan dari @Clubmoluska sebagai garda depan untuk sekarang ini,Hardcore Punk,Metal dan turunannya sudah semakin luas dan di simak dan ikuti jika perlu. Tidak hanya musik,kawan-kawan di Palembang yang minat untuk melihat Pameran,Lokakarya,Bikin Zine, dan Lapak Art & Craft bisa langsung berkontak melalui Instagramnya juga bisa @metamorphoo_ Workshop dan lain-lain bisa di tanyakan untuk lebih detailnya, Kemudian dari Media Local sendiri Di Palembang juga ada semacam ruang publikasi dan distribusi yaitu sebuah Inisiasi Sel otonom yang berkonsentrasi pada aktivisme alternatif media yaitu @sangkakalam atau yang lagi aktif-aktifnya dari Skena Hardcore Punk di Palembang ada @spektakelklab sebuah Gigs/Record Label/Jurnal yang masif mengadakan gigs rutin mingguan dengan Tagline Let`s Make Music Threat Again! di bagian skena lokal Metal Underground ada kawan-kawan ada Kunci Rebel Productions,Lapak Bawah tanah dengan para suhu-suhu yang mengorganisir seperti Kak Madon(KETOPRAK), dan James Filth a.k.a Kakek Sugeng dan masih banyak lagi yang tidak mungkin di sebut satu-persatunya , berbagai yang menarik di Palembang dengan segala budaya yang “Cindo” di dalamnya. Dengan budaya dan sejarah musik yang melebur di Bumi Sriwijaya rasanya untuk terus ingin tahu lagi tentang apa sebenarnya yang ada di Palembang?? Dan apa saja yang menarik untuk pembahasan selanjutnya dari sisi Selatan Sumatera.
Semua photo kami pinta dari arsip ,credit setiap photografer atau yang membuat Art juga tetap dilampirkan. Harap tetap konfirmasi atau ke setiap photografer atau orang yang membuat artwork untuk penggunaan dan semacamnya . Tabik!
Komentar
Posting Komentar